MAKALAH
SISTEM
IMUN & HEMATOLOGI II
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI
“POLIO”
Di
susun oleh :
Lisa Rustiani
NPM : 712.6.2.0375
UNIVERSITAS
WIRARAJA SUMENEP
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN PRODI KEPERAWATAN
TAHUN
2013-2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat beliaulah
penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul ” ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POLIO” untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Sistem Imun & Hematologi II dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing penulis yaitu Zakiyah
Yasin, S.Kep.,Ns. yang telah
membimbing dalam pembuatan makalah ini. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih
banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
makalah ini. Baik berupa materi-materi, pemikairan dan lain sebagainya.
Sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan penulis mengharapkan
makalah ini dapat bermanfaat nantinya bagi para pembaca.
Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan sangat jauh dari kata sempurna,
seperti kata peribahasa yaitu tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu,
penulis mengaharapkan saran dan keritik yang bersifat membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sumenep,
05 Januari 2014
Lisa Rustiani
Daftar Isi
Kata
Pengantar .........................................................................................................
Daftar
Isi ...............................................................................................................
BAB I
Pendahuluan ...............................................................................................................
1.1 Latar
Belakang ...............................................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah ...............................................................................................................
1.3 Tujuan ...............................................................................................................
1.4 Manfaat ...............................................................................................................
BAB II Laporan
Pendahuluan ...................................................................................................
2.1
Teori Medis ...................................................................................................
2.2
Teori Asuhan Keperawatan ...........................................................................
BAB III
Laporan Kasus ...................................................................................................
BAB IV
WOC (Kasus) ...................................................................................................
BAB V
Pentup ...................................................................................................
Datar
Pustaka ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Polio adalah penyakit yang sangat
menular yang disebabkan oleh virus.Polio menyerang sistem saraf, dan dapat
menyebabkan kelumpuhan total dalamhitungan jam. Virus ini memasuki tubuh
melalui mulut dan berkembang biak dalam usus. Gejala awal adalah demam,
kelelahan, sakit kepala, muntah,kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota
badan. Satu dari 200 infeksimenyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di
kaki). Di antara mereka yanglumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot
pernapasan mereka lumpuh.(http:// www. Litbang. Depkes.go.id).Di Indonesia
banyak dijumpai penyakit polio terlebih pada anak-anak halini disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang. Disamping asupan gizi juga dapatdipengaruhi oleh
faktor keturunan dari orang tua, apalagi dengan kondisi di negeriini yang masih
banyak dijumpai keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan gizianaknya kurang
mendapat perhatian.Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu
dalam menangani masalah gizi buruk yang
masih banyak ditemui khususnya di daerah terpencil atau yang jauh dari
fasilitas pemerintah, sehingga sulit terjangkau oleh masyarakat pinggiran.Kalau
hal ini tidak mendapat perhatian, maka akan lebih banyak lagi anak-anak
Indonesia yang menderita penyakit polio.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam
makalah ini,antara lain :
1.Bagaimana konsep Poliomyelitis?
2.Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan
Poliomyelitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.Menjelaskan konsep Poliomyelitis.
2.Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan
Poliomyelitis.
1.3.2 Tujuan
Khusus
1.Menjelaskan definisi Poliomyelitis.
2. Menjelaskan etiologi Poliomyelitis
3. Menjelaskan manifestasi klinis Poliomyelitis.
4.Menjelaskan patofisiologi Poliomyelitis.
5.Menjelaskan penatalaksanaan Poliomyelitis.
6.Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan
Poliomyelitis.
1.4Manfaat
Menambah pengetahuan mahasiswa
tentang konsep teori dan asuhankeperawatan pada anak dengan Poliomyelitis.
BAB II
LAPORAN
PENDAHULUAN
2.1 TEORI MEDIS
a. Definisi
Polio, kependekan dari
poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak sistem saraf dan
menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak di
bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang disertai
panas, muntah dan sakit otot. Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda
tersebut, namun sering kali sebagian tubuh menjadi lemah danlumpuh (paralisis).
Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki. Lambat
laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat anggota gerak yang lain. Poliomielitis
adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada
sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan intimotorik batang otak,
dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akanterjadi kelumpuhan
serta autropi otot. Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau
lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran
usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
b. Klasifikasi
1.Polio non-paralisis Polio
non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dansensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika
disentuh.
2.Polio Paralisis Kurang dari 1%
orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi polio paralisis atau
menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh
hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda-
tanda lain,
seperti: sakit kepala, kram otot leher dan punggung, sembelit/konstipasi,
sensitif terhadap rasa raba.
Polio paralisis dikelompokkan sesuai
dengan lokasi terinfeksinya,yaitu:
1) Polio SpinalStrain
Polio SpinalStrain poliovirus ini
menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang
mengontrol pergerakan padabatang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita
akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadipada kaki.
Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap olehkapiler darah
pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf
tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik.
Pada periode inilah muncul gejala
seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum
divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf
tulang belakang dan batangotak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf
pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya
virus dalamsistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron.
Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya
tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada
kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi inidisebut acute flaccid
paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusatdapat menyebabkan
kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia.
Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya
akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkenaorang dewasa, lebih
sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dantungkai.
2) Bulbar
Polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak
adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung
motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke
berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf
muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka;
saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu
proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa;
dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan
yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada
fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali
dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan
yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru.
Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita
telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru
yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung.
Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara
dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar
masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma
dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar
Tingkat kematian karena polio bulbar
c. Epidemologi
Selama 3
dekade pertama di abad ke 20-,80-90% penderita polio adalah anak
balita,kebanyakan dibawah umur 2 tahun. Tahun 1955,di Massachusett Amerika
Serikat pernah terjadi wabah polio sebanyak 2.771 kasus dan tahun 1959 menurun
menjadi 139 kasus.Hasil penelitian WHO tahun 1972-1982,di Afrika dan Asia
Tenggara terdapat 4.214 dan 17.785 kasus. Dinegara musim dingin,sering terjadi
epidemic dibulan Mei-Oktober,tetapi kasus sporadic tetap terjadi setiap saat
.Di Indonesia ,sebelum perang dunia II, penyakit polio merupakan penyakit yang
sporadic-endemis,epidemi pernah terjadi di berbagai daerah seperti Bliton sampai ke
banda, Balikpapan, bandung Surabaya,Semarang dan Medan Epidemi
terakhir terjadi pada tahun 1976/1977 di Bali Selatan. Kebanyakan infeksi virus
polio tanpa gejala atau timbul panas yang tidak spesifik. Perbandingan
asimtomatik dan ringan sampaiterjadi paralisis adalah 100:1 dan 1000:1.
Terjadinya wabah polio biasanya akibat:
a.Sanitasi yang jelek
b.Padatnya jumlah penduduk
c.Tingginya pencemaran lingkungan oleh tinja
d.Pengadaan air ber`sih yang kurang
Penularan dapat melalui:
a. Inhalasi
b. Makanan dan Minuman
c. Bermacam serangga seperti lipas dan lalat.
Penyebaran dipercepat bila ada wabah
atau pada saat yang bersamaan dilakukan pula tindakan bedah seperti
tonsilektomi ,ekstraksi gigi dan penyuntikan.
Walaupun penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang harus segera dilaporkan ,Namun data epidemiologi yang
sukar didapat.Dalam salah satu symposium imunisasi dijakarta(1979) dilaporkan
bahwa:
1. Jumlah anak
berumur 0-4 tahun yang tripel negative
makin bertambah (10%)
2. Insiden
polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.
3. Paralytic
rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun bertambah dengan 9.000 kasus.Namun,10
tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini akibat gencarnya program
imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia.
Mortalitas tinggi terutama
pada poliomyelitis tipe paralitik ,disebabkan oleh komplikasi berupa kegagalan
nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan adanya kematian.Walaupun
kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (90-95%);hanya 5-10% yang
memberikan gejala poliomyelitis.
d. Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi 3 yaitu :
1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon ; Dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan /oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari
Klasifikasi virus
Golongan: Golongan IV ((+)ssRNA)
Familia: Picornaviridae
Genus: Enterovirus
Spesies: Poliovirus
Secara serologi virus polio dibagi
menjadi 3 tipe, yaitu:
·
Tipe I Brunhilde
·
Tipe II Lansing dan
·
Tipe III Leoninya
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang
luas dan ganas, tipe II kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang
tipe III menyebabkan epidemic ringan.
Di Negara tropis dan sub tropis
kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan virus ini tidak menimbulkan
imunitas silang.
Penularan virus terjadi
melalui
1. Secara
langsung dari orang ke orang
2. Melalui
tinja penderita
3. Melalui
percikan ludah penderita
Virus masuk
melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam tenggorokan dan saluran
pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan getah
bening
Resiko terjadinya Polio:
a) Belum
mendapatkan imunisasi
b) Berpergian
kedaerah yang masih sering ditemukan polio
c) Usia sangat
muda dan usia lanjut
d) Stres atay
kelehahan fisik yang luar biasa(karena stress emosi dan fisik dapat melemahkan
system kekebalan tubuh).
e. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan
syaraf tertentu. Tidak semua neuron
yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringansekali dapat
terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbulgejala. Daerah
yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
1.
Medula spinalis terutama kornu anterior
2.
Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti
saraf cranial sertaformasio retikularis yang mengandung pusat vital
3.
Sereblum terutama inti-inti virmis
4.
Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia
nigra dan
kadang-kadang nucleus rubra
5.
Talamus dan hipotalamus
6.
Palidum, dan
7.
Korteks serebri, hanya daerah motorik
f. Manifestasi Klinis
Poliomyelitis terbagi menjadi empat bagian yaitu:
a).Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa
inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup
baik,maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
b).Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit
tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring terlihat hiperemi.Dan
gejala ini berlangsung beberapa hari.
c)Poliomyelitis non paralitik
Gejala klinis:hamper sama dengan poliomyelitis abortif,gejala ini timbul
beberapa hari kadang-kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk kemudian
masuk dalam fase kedua dengan demam,nyeri otot.
Khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang leher,tulang
tubuh dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung dari 2-10 hari.
Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama
1-2 minggu)
- demam sedang
- sakit kepala
- kaku kuduk
- muntah
- diare
- kelelahan yang luar biasa
- rewel
- nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
- kejang dan nyeri otot
- nyeri leher
- nyeri leher bagian depan
- kaku kuduk
- nyeri punggung
- nyeri tungkai (otot betis)
- ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
- kekakuan otot.
d).Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya berupa
gejala abortif diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari.kemudian
disusun dengan timbulnya gejala lebih berat disertai dengan tanda-tanda
gangguan saraf yang terjadi pada ekstremitas inferior yang terdapat pada
femoris,tibialis anterior,peronius.sedangkan pada ekstermitas atas biasanya
pada biseps dan triseps.
Poliomielitis paralitik
- demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
- sakit kepala
- kaku kuduk dan punggung
- kelemahan otot asimetrik
- onsetnya cepat
- segera berkembang menjadi kelumpuhan
- lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
- perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
- peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
- sulit untuk memulai proses berkemih
- sembelit
- perut kembung
- gangguan menelan
- nyeri otot
- kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
- ngiler
- gangguan pernafasan
- rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
- refleks Babinski positif.
g. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan darah, cairanserebrospinal dan isolasi virus
polio.
Pemeriksaan
Lab lainnya :
a. Pemeriksaan darah
b. Cairan serebrospinal
c. Isolasi virus polio
b. Cairan serebrospinal
c. Isolasi virus polio
2. Pemeriksaan
radiologi
Penatalaksanaan Medis
1. Poliomielitis aboratif
a. Diberikan analgetik dan sedative
b. Diet adekuat
c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa
hari,sebaiknya dicegah aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian
diperiksa neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
a. Sama seperti aborif
b. Selain diberi analgetika dan sedative dapat
dikombinasikan dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
a. Perawatan dirumah sakit
b. Istirahat total
c. Selama fase akut kebersihan mulut
dijaga
d. Fisioterapi
e. Akupuntur
f.
Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak
perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari
jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai
lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat
mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat
dapat terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :
a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang
footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang
sesuai terhadap tungkai.
c. Pada
poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan terganggu sehingga dapat
timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih
rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut :
Sesudah fase akut :
a. Kontraktur atropi dan attoni otot dikurangi dengan
fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
Diagnostik
Medis
Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :
1. Viral Isolation
Poliovirus
dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit polio.
Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang
mendapatkan hasil yang akurat.
Jika poliovirus terisolasi dari
seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut
menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah
virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.
2. Uji Serology
Uji serology dilakukan dengan
mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibody
polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar. Akan
tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat
pasien tersebut sakit.
3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)
CSF di dalam infeksi poliovirus pada
umumnya terdapat peningkatanjumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3
terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100
ml ( Paul, 2004 ).
h. Penatalaksanaan
Begitu penyakit mulai timbul,
kelumpuhan sering kali tidak tertangani lagikarena ketidakadaan obat yang dapat
menyembuhkannya. Antibiotika yangbiasanya digunakan untuk membunuh virus juga
tidak mampu berbuat banyak.Rasa sakit dapat diatasi dengan memberikan aspirin
atau acetaminophen, dan mengompres dengan air hangat pada otot-otot yang sakit.
1. Poliomielitis abortif
1) Diberikan analgesic dan sedative
2) Diet
adekuat
3) Istirahat
sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya dicegahaktivitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian
diperiksaneuroskeletal secara teliti.
2.
Poliomielitis non paralitik
1)
Sama seperti abortif
2)
Selain diberi analgesic dan sedative dapat
dikombinasikan dengankompres hangat selama 15-30 menit, setiap 2 – 4
jam.
3)Poliomielitis
paralitik
1) Perawatan dirumah sakit
2) Istirahat total
3) Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
4) Fisioterafi
5) Akupuntur
6) Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.
Poliomielitis abortif diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat
gejala kelainan aktivitas dapatdimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non
paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2 minggu perlu pengawasan
yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :a. Analgetik
untuk rasa nyeri otot.
b.Lokal
diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papanpenahan pada
telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuaiterhadap tungkai.
c.Pada
poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggusehingga dapat
timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepalaanak harus ditekan lebih
rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut :
Kontraktur,
atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan inidilakukan
setelah 2 hari demam hilang.
i. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
poliomielitis antara lain :
a.
Melena cukup
berat sehingga memerlukan transfusi, yang mungkin diakibatkan erosi usus
superfisial.
b. Dilatasi
lambung akut dapat terjadi mendadak selama stadium akut atau konvalesen (dalam
keadaan pemulihan kesehatan/ stadium menuju kesembuhan setelah serangan
penyakit/ masa penyembuhan), menyebabkan gangguan respirasi lebih lanjut.
c.
Hipertensi
ringan yang lamanya beberapa hari atau beberapa minggu , biasanya pada stdium
akut, mungkin akibat lesi pusat vasoregulator dalam medula.
d. Ulkus
dekubitus dan emboli paru, dapat terjadi akibat berbaring yang lama di tempat
tidur, sehingga terjadi pembususkan pada daerah yang tidak ada pergerakan
(atrofi otot) sehingga terjadi kematian sel dan jaringan)
e.
Hiperkalsuria,
yaitu terjadinya dekalsifikasi ( kehilangan zat kapur dari tulang/ gigi) akibat
penderita tidak dapat bergerak.
f.
Kontraktur
sendi,yang sering terkena kontraktur antara lain sendi paha, lutut, dan
pergelangan kaki.
g.
Pemendekan
anggota gerak bawah,biasanya akan tampak salah satu tungkai lebih pendek dibandingkan
tungkai yang lainnya, disebabkan karena tungkai yang pendek mengalami antropi
otot.
h.
Skoliosis,tulang
belakang melengkung ke salah satu sisi, disebabkan kelumpuhan sebagian otot
punggung dan juga kebiasaan duduk atau berdiri yang salah.
i.
Kelainan
telapak kaki, dapat berupa kaki membengkok ke luar atau ke dalam.
j. Prognosis
Pasien dengan penyakit minor dan
jenis nonparalitik dapat sembuh total,dan
kebanyakan orang dengan penyakit mayor yang lumpuh juga dapat kembali sembuh
total. Kurang dari 25 % dari orang-orang dengan polio yang hidup cacat.Meskipun
Anda dapat sembuh sepenuhnya dari gejala polio, polio meninggalkan beberapa
kerusakan.
Seiring pertambahan usia, sistem
saraf Andamungkin menjadi kurang mampu
mengkompensasi kerusakan yang disebabkanpolio, sehingga gejala secara
bertahap dapat muncul kembali. Hal ini dapat terjadi15 atau 30 tahun setelah
infeksi polio aktif. Gejala berulang dari polio yangdisebut post-polio
syndrome.
k. Penularan
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Virus masuk melalui mulut dan hidung lalu berkembang biak di dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus. Selanjutnya, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Penularan
virus terjadi secara langsung melalui beberapa cara, yaitu:
* fekal-oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
* oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain. Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas..
secara ringkas, Cara penularannya dapat melalui :
a. Inhalasi
b. Makanan dan minuman
* fekal-oral (dari tinja ke mulut)
Maksudnya, melalui minuman atau makanan yang tercemar virus polio yang berasal dari tinja penderita lalu masuk ke mulut orang yang sehat.
* oral-oral (dari mulut ke mulut)
Yaitu melalui percikan ludah atau air liur penderita yang masuk ke mulut orang sehat lainnya.
Sebenarnya, kondisi suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus. Sebaliknya, pada keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain. Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas..
secara ringkas, Cara penularannya dapat melalui :
a. Inhalasi
b. Makanan dan minuman
c. Bermacam
serangga seperti lipas, lalat, dan lain-lain.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese beberapa minggu.
Penularan melalui oral berkembambang biak diusus→verimia virus+DC faecese beberapa minggu.
l. Pencegahan
Cara pencegahan dapat dilalui melalui :
1. Imunisasi
2. jangan masuk daerah endemis
3. jangan melakukan tindakan endemis
Tempatkan anak yang sakit di kamar terpisah, jauh dari anak-anak lainnya. Ibu harus mencuci tangan setiap kali menyentuhnya. Perlindungan terbaik terhadap polio ialah dengan memberikan vaksin polio/pemberian kekebalan.
Seorang anak yang cacat akibat polio harrus makan makanan bergizi dan melakukan gerak badan untuk memperkuat otot-ototnya. Selama tahun pertama, sebagian kekuatan dapat pulih kembali.
Bantulah anak agar belajar berjalan
sebaik-baiknya, pasanglah 2 buah tiang, sebagai penyangga dan kemudian buatkan
tongkat penopang. Cegah Virus Polio dengan Vaksinasi
Hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan penyakit polio. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi. Kasus penyakit polio di Sukabumi, Jawa Barat,sangat mengejutkan pemerintah dan masyarakat. Penyakit yang diakibatkan infeksi virus ini jelas mencemaskan para orang tua yang punya anak balita karena begitu mengerikan dampak buruk yang bisa ditimbulkan. Sayangnya lagi, hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatannya. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi. Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya meninggal karena yang diserang adalah otot pernapasannya.
Hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan penyakit polio. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi. Kasus penyakit polio di Sukabumi, Jawa Barat,sangat mengejutkan pemerintah dan masyarakat. Penyakit yang diakibatkan infeksi virus ini jelas mencemaskan para orang tua yang punya anak balita karena begitu mengerikan dampak buruk yang bisa ditimbulkan. Sayangnya lagi, hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatannya. Yang paling efektif hanyalah pencegahan dengan cara imunisasi. Virus polio (poliomyelitis) sangat menular dan tak bisa disembuhkan. Virus ini menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan sistem saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen dan kelumpuhan total dalam hitungan jam saja. Bahkan sekitar 10-15 persen mereka yang terkena polio akhirnya meninggal karena yang diserang adalah otot pernapasannya.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1
(brunhilde), tipe 2 (lanzig) dan tipe 3 (Leon). Tipe 1 seperti yang ditemukan
di Sukabumi adalah yang paling ganas (paralitogenik) dan sering menyebabkan
kejadian luar biasa atau wabah. Sedangkan tipe 2 paling jinak
m. Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik. Diberikan obat simtomatis
dan suportif. Istirahat total jangan dilakukan terlalu lama, apabila keadaan
berat sudah reda. Istirahat sangat penting di fase akut, karena terdapat
hubungan antara banyaknya keaktifan tubuh dengan berat nya penyakit.
Poliomielitis
Abortif
a. Cukup
diberikan analgetika dan sedatifa, untuk mengurangi mialgia atau nyeri kepala,
b. Diet yang
adekuat dan
c. Istirahat
sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya aktivitas yang berlebihan
dicegah selama 2 bulan, dan 2 bulan kemudian diperiksa sistem neuroskeletal
secara teliti untuk mengetahui adanya kelainan.
Poliomielitis
nonparalitik
a) Sama seperti
tipe abortif, Pemberian analgetik sangat efektif
b) Selain
diberi analgetika dan sedatifsangat efektif. Bila diberikan bersamaan dengan
kompres hangat selama 15 – 30 menit, setiap 2 – 4 jam, dan kadang – kadang
mandi air panas juga membantu
Poliomielitis
Paralitik
a. Membutuhkan
perawatan di rumah sakit.
b. Istirahat
total minimal 7 hari atau sedikitnya sampai fase akut dilampaui
c. Selama fase
akut kebersihan mulut dijaga
d. Perubahan
posisi penderita dilakukan dengan penyangga persendian tanpa menyentuh otot dan
hindari gerakan menekuk punggung.
e. Fisioterapi,
dilakukan sedini mungkin sesudah fase akut, mulai dengan latihan pasif dengan
maksud untuk mencegah terjadinya deformitas.
f. Akupunktur
dilakukan sedini mungkin
g. Interferon
diberikan sedinini mungkin, untuk mencegah terjadinya paralitik progresif.
Poliomielitis
bentuk bulbar
a. Perawatan khusus terhadap paralisis palatum, seperti pemberian makanan
dalam bentuk padat atau semisolid
b. Selama fase
akut dan berat, dilakukan drainase postural dengan posisi kaki lebih tinggi
(20°- 25°), Muka pada satu posisi untuk mencegah terjadinya aspirasi, pengisapan
lendir dilakukan secara teratur dan hati – hati, kalau perlu trakeostomi.
2.2 TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
v
Identitas Pasien
Nama Pasien :
No. RM :
Tempat Tanggal Lahir :
Umur :
Agama :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Suku :
Diagnosa Medis :
Tanggal Masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Sumber Informasi :
Penanggung
Jawab
Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Umur :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Jenis Kelamin :
Hubungan dengan Pasien :
No. Telepon :
b. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. pemeriksaan fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
MENDETEKSI LUMPUH LAYUH
* Bayi
- Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk pada lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat tidur.
1. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
2. pemeriksaan fisik
a. Nyeri kepala
b. Paralisis
c. Refleks tendon berkurang
d. Kaku kuduk
e. Brudzinky
MENDETEKSI LUMPUH LAYUH
* Bayi
- Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk pada lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat tidur.
- Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil pada telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.
- Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan gerakan kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantung lemas.
* Anak besar
- Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.
- Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalami kelumpuhan tidak bisa melakukannya.
- Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa melakukannya.
- Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun kembali.
Anak yang mengalami kelumpuhan akan
mencoba berdiri dengan berpegangan merambat pada tungkainya.
- Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.
- Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.
c. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath) :
RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantupernafasan Suhu (38,9 °C)
b. B2 (blood)
: normal
c. B3(brain :
gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (bladder) : normal
e. B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi
f. B6 (bone) : letargi atau kelemahan, tungkai kanan
mengalamikelumpuhan, pasien tidak mampu berdiri dan berjalan
d. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Viral
Isolation
Polio virus
dapat di deteksi secara biakan jaringan, dari bahan yang di peroleh pada
tenggorokan satu minggu sebelum dan sesudah paralisis dan tinja pada minggu ke
2-6 bahkan 12 minggu setelah gejala klinis.
b. Uji Serologi
Uji serologi
dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita, jika pada darah
ditemukan zat antibodi polio maka diagnosis orang tersebut terkena polio benar.
Pemeriksaan pada fase akut dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
antibodi immunoglobulin M (IgM) apabila terkena polio akan didapatkan hasil
yang positif.
c. Cerebrospinal
Fluid (CSF)
Cerebrospinal
Fluid pada infeksi poliovirus terdapat peningkatan jumlah sel darah putih yaitu
10-200 sel/mm3 terutama sel limfosit, dan terjadi kenaikan kadar
protein sebanyak 40-50 mg/100 ml (Paul,2004).
2. Pemeriksaan
Radiologis
Pemeriksaan ini hanya menunjang
diagnosis poliomielitis lanjut. Pada anak yang sedang tumbuh, di dapati tulang
yang pendek, osteoporosis dengan korteks yang tipis dan rongga medulla yang
relative lebar, selain itu terdapat penipisan epifise, subluksasio dan
dislokasi dari sendi.
e. Diagnosa
1. Perubahan
nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
d.
Intervensi
Dx 1 :
1. Kaji pola makan anak
Mengetahui intake dan output anak
Dx 1 :
1. Kaji pola makan anak
Mengetahui intake dan output anak
2 Berikan makanan secara adekuat
Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
3. Berikan
nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
4. Timbang berat badan
Mengetahui perkembangan anak
5. Berikan makanan kesukaan anak
Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
6. Berikan makanan tapi sering
Mempermudah proses pencernaan
4. Timbang berat badan
Mengetahui perkembangan anak
5. Berikan makanan kesukaan anak
Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
6. Berikan makanan tapi sering
Mempermudah proses pencernaan
Dx 2 :
1. Pantau suhu tubuh
Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2. jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres
Dapat menyebabkan efek neurotoksi
3. hindari mengigil
4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
Dapat membantu mengurangi demam
1. Pantau suhu tubuh
Untuk mencegah kedinginan tubuh yang berlebih
2. jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat mandi/kompres
Dapat menyebabkan efek neurotoksi
3. hindari mengigil
4. Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit
Dapat membantu mengurangi demam
Dx 3 :
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
2. Auskultasi bunyi nafas
Mengetahui adanya bunyi tambahan
3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler
Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
4. Berikan tambahan oksigen
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
Dx 4 :
1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri
Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi
1. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman
Pengenalan dini dan pengobatan ventilasi dapat mencegah komplikasi.
2. Auskultasi bunyi nafas
Mengetahui adanya bunyi tambahan
3. Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk tinggi atau semi fowler
Merangsang fungsi pernafasan atau ekspansi paru
4. Berikan tambahan oksigen
Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
Dx 4 :
1. Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri
Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi
2. Libatka orang tua dalam memilih strategi
Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak
3. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologis khusus sebelum nyeri.
Pendekatan ini tampak paling efektif pada nyeri ringan
4. Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
5. Berikan analgesic sesuai indikasi.
Dx 5 :
1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak
Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat.
Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
1. Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak
Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
2. Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
3. Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat.
Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
4. Evaluasi
kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.
Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.
Dx 6 :
1 Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas(mis.renda,sedang,
parah).
Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
2 Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa
yang dipercaya.
1 Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas(mis.renda,sedang,
parah).
Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
2 Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa
yang dipercaya.
Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
3. Sediakan
informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
BAB III
LAPORAN
KASUS
Contoh Kasus
Poliomielitis :
Anak W berumur 3 tahun dibawa oleh
kakaknya ke RS. Kakak pasien menyatakan bahwa adiknya tiba-tiba merasa lemas di
sekujur tubuhnya, dan tungkai kanan susah digerakkan. Gejala awal demam,
kemudian mual-mual dan muntah disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu
berdiri dan berjalan. Kakak pasien merasa cemas karena adiknya belum
pernah mendapatkan vaksin polio sejak kecil.
a.
Asuhan
Keperawatan pada Pasien Poliomyelitis Berdasarkan Pola Fungsional Gordon :
· PENGKAJIAN
1.Identitas
a.Identitas Pasien
Nama :
An. W
Usia :
3 tahun
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Suku / bangsa :
Jawa/ Indonesia
Alamat :
Setro BaruUtara Gg.7 No.50, Surabaya
Agama :
Islam
Tgl MRS :
7/6/2012
Jam MRS :
16.00 WIB
Diagnosa :
Poliomyelitis
b. Identitas Penanggung Jawab :
Nama : Tn. P
Umur : 40 tahun
Jenis
kelamin : Laki-laki
Pendidikan/
pekerjaan : SLTA/ wiraswasta
Hubungan dg
klien : ayah klien
2.Riwayat Kesehatan Keperawatan
1. Keluhan
Utama :
pasien merasa lemas di sekujur
tubuhnya.
2. Riwayat
Penyakit Sekarang :
Kakak pasien menyatakan bahwa adiknya
tiba-tiba merasa lemas di sekujur tubuhnya, dengan gejala awal demam (Suhu 38,9
C), kemudian disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan.
Imunisasi polio (-).
3. Riwayat
Penyakit sebelumnya :
Riwayat Tumbuh
Kembang anak :
- Imunisasi : Hepatitis B-1
diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG diberikan saat lahir, Polio oral
belum pernah diberikan
- Status Gizi : Baik Tahap perkembangan
anak menurut teori psikososial : Klien An. W mencari kebutuhan dasarnya seperti
kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari orang tua sendiri.
4. Riwayat
Kesehatan Keluarga:
-
Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama
ibu klien An. W dalam merawat klien.
-
Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah
berada di area pemukiman kumuh.
-
Kultur dan kepercayaan : -
-
Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : -
-
Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan
3. Pengkajian
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola)
1)
Pola
Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
-
Kakak pasien tampak merasa cemas karena adiknya
belum pernah mendapatkan vaksin poliosejak kecil, Persepsi keluarga tentang
penyakit anaknya itu karena cobaan Tuhan.
2)
Pola
Nutrisi
Sebelum
sakit : normal.
Selama sakit : nafsu makan
berkurang.
3) Pola Eliminasi
Sebelum
sakit :
BAB
: normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma terapik.
BAK
: normal, warna kunimg, aromatik.
Selama
sakit :
BAB
: konstipasi
BAK
: normal, warna kuning, aromatik.
4)
Aktivitas
dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Kemampuan melakukan ROM
|
|
|
√
|
|
|
Kemampuan Mobilitas di tempat
tidur
|
|
|
√
|
|
|
Kemampuan makan/minum
|
|
|
√
|
|
|
Kemampuan toileting
|
|
|
√
|
|
|
Kemampuan Mandi
|
|
|
√
|
|
|
Kemampuan berpindah
|
|
|
√
|
|
|
Kemampuan berpakaian
|
|
|
√
|
|
|
Ket. : 0 =
Mandiri 1= Menggunakan alat bantu 2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung Total
5)
Tidur
dan Istirahat
Sebelum sakit : 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur malam.
Selama sakit : sering
terbangun.
6)
Sensori,
Persepsi dan Kognitif
-
7)
Konsep
diri
- klien belum mampu
memaparkan konsep dirinya karena klien masih berusia 3tahun.
8)
Sexual
dan Reproduksi
-Klien
belum berkeluarga
9) Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit : Interaksi
dengan keluarga, teman, dan lingkungan baik.
Selama sakit : pasien
mengalami perubahan pada interaksi keluarga, teman, dan lingkungan. Aktivitas
meningkat, tetapi terganggu.
10) Manajemen Koping Stress
Sebelum
Sakit : Baik.
Selama
sakit : klien
belum mampu memaparkan secara tepat keadaan jiwanya karena klien masih balita,
klien dibantu dengan orang tua (ibu) untuk menyelesaikan masalahnya.
11) Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum
sakit : pasien
beragama Islam.
Selama
sakit : pasien tidak pernah melaksanakan sholat karena
keterbatasan aktivitas akibat nyeri sendi.
4. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath) : RR
normal, Tidak ada penggunaan otot bantupernafasan Suhu 38,9°C
b. B2 (blood) :
normal
c. B3(brain :
gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (bladder) :
normal
e. B5 (bowel) :
mual muntah, anoreksia, konstipasi
f. B6 (bone) : letargi
atau kelemahan, tungkai kanan mengalamikelumpuhan, pasien tidak mampu berdiri dan berjalan
5.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium :
pada pemeriksaan sampel
fesesditemukan adanya Poliovirus. Pada pemeriksaan serumditemukan adanya
peningkatan antibody.
2.
Pemeriksaan radiologi
b. Analisa Data
Nama
kilen : An. W
Ruang Rawat : Rumah Sakit
Diagnosa
medik : Poliomyelitis
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
DS : pasien mengatakan
lemas, mual muntah.
DO : konstipasi
|
- anoreksia
-mual muntah
|
- Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan.
|
DS : - kakak pasien mengatakan belum pernah
diimunisasi polio
DO : demam, S:
38,9°c, adanya peningkatan antibody
|
-proses infeksi
|
- hipertermi
|
DS : kakak
pasien mengatakan badan pasien lemas disekujur tubuhnya, tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : tidak
mampu berdiri dan berjalan, letargi
|
Paralysis
|
-gangguan mobilitas fisik
|
c. Diagnosa keperawatan
sesuai perioritas
1.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah d/d
DS : pasien
mengatakan lemas, mual muntah.
DO :
konstipasi
2.
Hipertermi b/d
proses infeksi d/d
DS : - kakak pasien mengatakan belum pernah
diimunisasi polio
DO : demam, S:
38,9°c, adanya peningkatan antibody
3.
Gangguan
mobilitas fisik b/d paralysis d/d
DS : kakak pasien
mengatakan badan pasien lemas disekujur tubuhnya, tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : tidak
mampu berdiri dan berjalan, letargi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah d/d
DS : pasien
mengatakan lemas, mual muntah.
DO :
konstipasi
|
kebutuhan
nutrisi anak terpenuhi.Kriteria Hasil :
- Pasien memperlihatkan peningkatan berat badan yang
progresif
- Nilai laboratorium pasien (albumin, protein,
elektrolit)menunjukkan nilai normal
- Mual muntah berkurang dan nafsu makan bertambah.
|
1. Kaji pola
makan anak
2. Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
3. Berikan makanan secara adekuat
4. Berikan
nutrisi kalori, protein,vitamin dan mineral
5. Timbang
berat badan
6. Berikan makanan kesukaan anak
7. Berikan
makanan porsi sedikit tapi sering
|
·
Mengetahui intake dan output anak
·
Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake
seimbang
·
Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan seimbang
·
Mengetahui perkembangan
anak
·
Menambah masukan dan
merangsanganak untuk makan lebih banyak
·
Mempermudah proses pencernaan.
|
2.
|
Hipertermi b/d proses infeksi d/d
DS : - kakak pasien mengatakan belum pernah
diimunisasi polio
DO : demam, S:
38,9°c, adanya peningkatan antibody
|
Tujuan suhu
akan kembali normal dalam waktu 1x 24 jam.
Kriteria
hasil :- Suhu normal 36,5°C- 37,5°C
- Nadi dan pernapasan dalam rentan normal (N= <
160x/ menit , RR= 30-40 x/menit)
|
·
Pantau suhu tubuh
·
Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat
mandi/kompres3.
·
Hindari mengigil.4.
·
Kompres mandi hangat durasi 20-30 menit.
|
·
Untuk mencegah
kedinginan tubuhyang berlebih
·
Dapat
menyebabkan efek neurotoksi
·
Mengurangi
penguapan tubuh
·
Dapat membantu
mengurangi demam
|
3.
|
Gangguan
mobilitas fisik b/d paralysis d/d
DS : kakak
pasien mengatakan badan pasien lemas disekujur tubuhnya, tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : tidak
mampu berdiri dan berjalan, letargi
|
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam, klien mampu
melaksanakan aktivitasfisik sesuai dengan kemampuannya.Kriteria hasil :
- Klien dapat ikut serta dalam program latihan.
- Tidak terjadi kontraktur sendi.
- Bertambahnya kekuatan otot.
- Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas
|
1. Tentukan
aktivitas
2. Catat dan
terima keadaan kelemahan(kelelahan yang ada).
3. Indetifikasi
factor-faktor yangmempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti pemasukan
makananyang tidak adekuat.
4. Evaluasi
kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
5.
Kolaborasi dengan fisioterapis
|
·
Memberikan
informasi untuk mengembangkan
rencana perawatanbagi program
rehabilitasi.
·
Kelelahan yang
dialami dapatmengindikasikan
keadaan anak.
·
Memberikan
kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan
atau meningkatkanmobilitas.
·
Latihan berjalan
dapat meningkatkankeamanan dan efektifan anak untuk berjalan.
|
CATATAN
PERKEMBANGAN
Nama Pasien : An. W No. RM : -
Umur : 3
tahun Dx Medis : Poliomyelitis
Hari/Tgl
|
Dx. Keperawatan
|
Jam
|
Implementasi
|
Hari/Tgl
|
Jam
|
Evaluasi
|
TTD/
Nama
|
Jum’at
8/6/12
|
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah d/d
DS : pasien
mengatakan lemas, mual muntah.
DO :
konstipasi
|
08.00 WIB
|
1. Mengkaji
pola makan anak
2. berkolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
3. memberikan makanan secara adekuat
4. memberikan
nutrisi kalori, protein,vitamin dan mineral
5. menimbang
berat badan
6. memberikan makanan kesukaan anak
7. memberikan
makanan porsi sedikit tapi sering
|
Sabtu
9/6/12
|
08.00
WIB
|
S
: keluarga klien mengatakan klien sudah tidak mual muntah
O
: nafsu makan meningkat
A
: masalah keperawatan teratasi
P
: lanjutkan asuhan keperawatan
|
Linda
|
Jum’at
08/6/12
|
Hipertermi b/d proses infeksi d/d
DS : - kakak pasien mengatakan belum pernah
diimunisasi polio
DO : demam, S:
38,9°c, adanya peningkatan antibody
|
09.00
WIB
|
·
memantau suhu tubuh
·
Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat
mandi/kompres3.
·
menghindari mengigil.4.
·
mengompres mandi hangat durasi 20-30 menit.
|
Jum’at
08/6/12
|
09.00
WIB
|
S
: kakak pasien mengatakan tidak demam
lagi,
O
: S: 37°c
A
: masalah keperawatan tercapai sebagian
P
: lanjutkan asuhan keperawatan
|
Mute
|
Jum’at
8/6/12
|
Gangguan
mobilitas fisik b/d paralysis d/d
DS : kakak
pasien mengatakan badan pasien lemas disekujur tubuhnya, tungkai kanan sulit
digerakkan
DO : tidak
mampu berdiri dan berjalan, letargi
|
10.00
WIB
|
1. menentukan
aktivitas
2. mencatat
dan terima keadaan kelemahan(kelelahan yang ada).
3. mengindetifikasi
factor-faktor yangmempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti pemasukan
makananyang tidak adekuat.
4. mengevaluasi
kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
5. Kolaborasi
dengan fisioterapis
|
Senin
11/6/12
|
10.00
WIB
|
S
: kakak pasien mengatakan pasien masih lemas
O
: pasien belum mampu berjalan
A
: masalah keperawatan belum tercapai
P
: lanjutkan asuhan keperawatan
|
Laily
|
BAB IV
Aspek Psikososial
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
PolioVirus
|
Masuk lewat mulut
|
Berkembang biak di tenggorokan &
Sist. Percernaan
|
Diserap &disebar melalui Sist.
Pemb. Darah & getah bening
|
Menular ke bagian saraf di otak
|
POLIO
|
Anoreksia
|
Mual muntah
|
konstipasi
|
Proses Infeksi
|
Hipertermi
|
Gelisah, rewel, pusing
|
Aspek Fisiologis
|
Penyakit Polio pada anak
|
Mal adaptif
|
Kasiapan dalam peningkatan koping
keluarga
|
Adaptif
|
Melemahnya otot (paralysis)
|
Normal
|
Perdarahan
|
Jantung
|
Normal
|
Normal
|
Lemas, tungkai kanan sulit digerakkan
|
Gangguan mobilitas fisik
|
BAB
V
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau
lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen
pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sytem syaraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan (paralisis).
Poliomielitis adalah
penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular
melalui kontak antarmanusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika
seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah
virus RNA kecil yang
terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan
menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio
menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak
berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama
berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio dapat menyebar luas
diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak
memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit.
Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama
beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan.
b. Saran
Saran yang dapat
saya berikan kepada masyarakat agar terhindar dari penginfeksian penyakit
poliomeilitis yang disebabkan oleh virus yang disebut dengan polio virus
ini adalah: Jagalah sanitasi lingkungan anda, sanitasi lingkungan merupakan hal
yang sepele namun sangat penting. Apabila sanitasi lingkungan kita tidak
dijaga, maka dapat menimbulkan berbagai macam penyakit tidak hanya penyakit
poliomielitis, Jagalah makanan ataupun minuman yang akan dikonsumsi karena hal
ini sangat penting dimana makanan atau minuman menjadi tempat perantara
penyebaran penyakit poliomielitis. Untuk pencegahannya yaitu diberikan vaksin
polio idealnya pada anak-anak agar dapat diantisipasi penyakit poliomielitis
ini.
DAFTAR
PUSTAKA